Baca kisah sebelumnya: episode 6
Setelah akhirnya Dewi Nawang Wulan menerima lamaran Jaka Tarub dengan
syarat jika pesawat angkasanya yang berupa selendang ditemukan,ia
harus diijinkan pulang ke negaranya kahyangan.
Tentu saja Tarub harus bersedia membelikan tiket pesawat,mengurus
paspor dan harus membayar gaji Nawang Wulan selama ikut Jaka Tarub.
Acara perhelatan pernikahan siap dilaksanakan.
"Wah Rub,kamu tinggal setengah bulan lagi rabi,mau ditanggapke opo
Rub?"Tanya Man Cungkring pada Tarub ponakan yang amat dikasihinya.
"Hemm,apa ya Lik,,apa enaknya ngundang Sodik dan MONATA nya?"Usul
Tarub yang memang seneng Dangdutan.
"Wah jangan Rub,nanti kita harus tambah biaya sewa keamanan
rangkap,soale kalau bocah kene ditanggapke dangdut kadang gelutan."
"Opo Didi Kempot wae Rub?"lanjut Man Cungkring yang suka campursari.
"Wah,kalau Didi Kempot belum tentu bisa Man,soalnya dia sering job
ke Suriname."Tarub menyahut sambil membatin:"Pancen senenganmu Man."
"Lik cungkring,mas Tarub,mbok nanti pernikahanku dengan mas Tarub
ngundang Ayu Ting Ting saja." tiba tiba Nawang Wulan mbejedul sambil
membawa dua cangkir kopi plus telo untuk Tarub dan Pamannya.
"SETUJU...!"seperti paduan suara Cungkring dan Tarub bengok bengok.
"Paman dan keponakan podo podo ra mbeneh!" simbok muncul sambil
nambah telo goreng yang diludeskan Man Cungkring.
"Ra mbeneh piye to Yu,anakmu mung siji,kalau nikahnya rame rame kan
wajar to?"cungkring semaur
"Nanggap nanggap,rame rame,duwite kowe po yang mbayari?
Akhirnya perayaan nikah Tarub dan Nawang Wulan tiba.
Nanggap hiburan sound system, iuran para anggota KARANGTARUNA dimana
Tarub aktif berorganisasi.
Dewi Nawang Wulan dan Jaka Tarub nrimo hanya ditanggapke Tape
recorder dengan corong kukusan.
"Yah, ntar hasil orang orang nyumbang,ndak usah mbayar hiburan ya
dik,bisa untuk yang lain."bisik Tarub pada Wulan saat duduk diatas
kuade.
"Inggih mas,bisa buat beli motor,daripada nanti kredit."balas Wulan
sambil menoleh penulis.
"Opo Lan Wulan,ngomong kredit kok ngeliat aku?"tanya penulis.
"Nggak apa apa Mas Penulis."Wulan sambil menggeleng.
"wo kamu,nggak tahu,di pasang iklan dibawah buat nambahin mbayar
kreditan plus ganti biaya ngenet."Penulis melotot.
Wulan yang melihat penulis melotot dan merengut,nyahut tangan Jaka
Tarub dan menggenggamya,sambil mimiknya ngiming iming.
"Dimana akan kucari,aku menangiiis seorang diri,hatiku selalu ingin
bertemu,untukmu aku bernyanyi." tiba tiba suara sound system yang
mustinya Kebo Giro terputar lagu kenangan.Tukang putar CD nya salah
ambil.
Jaka Tarub tanpa sadar prembik prembik sambil meneteskan airmata.
"Mas ada apa?"tanya Wulan dengan mesra sambil ngelus kepala Tarub.
"Aku ingat bapak dik."jawab Tarub sambil ndangkluk lemes ingat
bapaknya yang meninggal sejak ia bayi.
"Sudah mas,jangan sedih,,kok kalah sama aku,rabi ndak ditungguin
siapa siapa tetep happy."Wulan menasehati Tarub sambil mengencangkan
genggaman tangannya.
"Awas mas,kalau nanti malam lemes ndak bisa assolole tak jewer
kupingmu."ancam Wulan.
Mendengar kata asolole Tarub langsung njenggelek tegak sambil ngusap
luh neng pipine.
"Uokey dik Wulan,aku siap assolole nanti malam,sudah minum rasa rosa."
"Mas Tarub,pelan pelan ngomongnya dilihat para tamu."Wulan membekap
mulut Tarub.
"Maksud saya,nanti malam mas Tarub harus mbantuin aku mbukak kado
kado dan nyatet dari siapa saja,biar Wulan gak capek."Lanjut Dewi
Nawang Wulan.
"...jiaahhh,Rub Tarub,,loe kirain assolole ngapain?
Jaka tarub,kembali nglumbruk dan prembik prembik.
Sekian dulu,nantikan kelanjutannya dan baca juga cerpen
lainnya.SUGENG MAKARYO,SEMOGA SUKSES untuk sahabat cerpen dunia maya
--
Dikirim dari perangkat seluler saya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih kunjungannya,dan silahkan tinggalkan pesan sebagai saran pada blog sederhana ini salam persahabatan dari cerpen dunia maya