Translate

Selasa, 20 September 2011

APAKAH IA DISANTET?APAKAH IA DISANTET?

cerpen:


Gadis yang usianya sekitar sembilan belas tahunan itu sebenarnya cantik dan menarik jika saja tubuhnya tidak kurus,bahkan terlampau kurus seperti tulang dibungkus kulit.Rambutnya jarang sehingga kulit kepalanya kelihatan.

Ia nampak ketakutan ketika Nono masuk ke kamarnya.Dengan susah payah ia bangun dari tidurnya dan beringsut ke tepi ranjang.Matanya jelalatan seperti orang yang sangat ketakutan.

"Jangan takut dik,ini saya mencoba menolongmu."Kata Nono menenangkan.
Gadis itu masih dalam ketakutan.
"Ada apa,apa yang kau lihat?"tanya Nono.
"Jangan takut,katakan apa yang kau lihat?"Lanjut Nono.
Gadis itu menatap Nono dan mulai tenang.

"Bu,tolong jendela kamar ini dibuka."Pinta Nono kepada ibu gadis itu yang telah menaruh tiga gelas kopi di meja ruang tamu dan menyusul berdiri di tengah pintu.

"Pak nak Nono minta jendelanya dibuka."Ia memanggil suaminya yang ternyata di belakangnya.

Lelaki itu mengambil pengungkit paku,karena ternyata daun jendela ditutup paten dengan paku.

"Wangan,wangan."tiba tiba gadis itu mengucapkan sesuatu.
"Ada apa dik?"tanya Nono.
"Anu nak Nono dia tidak mau jendelanya dibuka."Ibunya yang menjawab.
"Gak apa apa dik,biar gak gelap dan pengap,dibuka ya biar dapat udara segar."kata Nono.

Jendela telah dibuka.
"Huak,huak!"tiba tiba gadis itu muntah muntah.
Dengan cepat Nono memegangi pundaknya karena hampir jatuh dari tepi ranjang.
Nono memberi isyarat pada ibunya supaya memegangi gadis itu.
Aku terasa ikut mual,meski aku menyaksikan dari luar kamar.
"Huak,huak!"gadis itu terus saja muntah.

Tanpa merasa jijik Nono menadahkan tangannya pada muntahan gadis itu.
"Sudah,gak apa apa dik,muntahkan saja."ketika dilihatnya gadis itu merasa sungkan.
Nono sepertinya meneliti muntahan muntahan itu dan kemudian dimasukkan dalam ember.

Setelah tidak muntah lagi Nono ke kamar mandi membersihkan tangannya.

Nono kembali ke kamar,matanya menerawang tangannya bersedekap,kebiasannya yang ia lakukan saat melakukan konsentrasi,seperti yang pernah aku lihat saat aku diajaknya mengambil keris atau batu akik.

Setelah dirasa cukup Nono yang aku kenal punya ilmu gaib itu menuju ruang tamu.

"Apa yang terjadi dengan Nita nak?"tanya ibu itu.
"Sudahlah bu tidak usah dipikirkan,doakan saja Nita segera sembuh."
"Apakah Nita dapat kiriman to nak?
Nono hanya tersenyum,tapi kemudian seperti orang bergumam.
"Namanya orang,kalau dihina keterlaluan siapa yang kuat."

"Oh iya nak aku ingat!"kata ibu itu seperti ingat sesuatu.
"Ada apa bu?"aku menimpalinya setelah sejak tadi aku diam.

"Nita,waktu di Jakarta pernah disukai teman kerjanya,tapi ditolaknya."
"Nita memang salah,ia menolak dengan kasar dan meludah di depannya."ibu itu nampak sedih.
"Apa orang itu dendam terus mengirim sesuatu ke Nita ya Nak?"
"Sudahlah bu,doakan saja segera sembuh."sahut Nono.

Peristiwa itu sudah tiga bulan yang lalu,ketika Yoko teman kerjaku meminta Nono datang ke rumah tetangganya yang sakit aneh.

Aku sebenarnya sudah lupa,tapi ketika kemarin aku dan Yoko mengunjungi teman yang sakit jadi ingat.

"Ko gimana si Nita tetanggamu,sudah sembuh?tanyaku
"Sudah,sudah sembuh total."jawabnya.
"Aku nitip salam ya buat Nita."
"Ya nanti saya sampaikan,memang naksir dijadikan pacar?"Yoko mencandaiku.
"Ya iya dong,apa gak boleh aku tetanggaan sama kamu?"
"Boleh boleh,tuh datangin kuburan pacarin tuh nisan sama jerangkong."
"Maksudmu?"tanyaku.

Kemudian Yoko menceritakan bahwa ketika kakak Nita yang di Jakarta dikhabari Nita sakit,kemudian pulang dan membawa Nita ke rumah sakit.
Tapi Nita tidak tertolong,menurut doktor Nita terkena kanker otak yang ganas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih kunjungannya,dan silahkan tinggalkan pesan sebagai saran pada blog sederhana ini salam persahabatan dari cerpen dunia maya

Barangkali kita bisa saling menginspirasi,mohon bila coppy paste sertakan link ke blog ini dan tulis pengarangnya.Terimakasih sahabat cerpen dunia maya