Prosesi pemakaman ibu Rikik seperti dilakukan dengan tergesa,meski tidak meninggalkan acara acara dalam proses pemakaman ini.
Selain hujan yang siap mengguyur dengan ditandai gerimis serta kilat dan guntur yang menggelegar,sebentar lagi waktunya maghrib.
Benar saja setelah selesai pemakaman itu hujan turun,orang orang sibuk sendiri sendiri,berlarian pulang,termasuk anggota keluarga ibu Rikik.
Cak Su,malah bingung mencari payungnya yang lupa ia taruh di mana.Tak sadar orang orang sudah pada pergi tinggal ia sendiri ketika menemukan payungnya yang ia sangkutkan di ranting kamboja.
"Ah apa ya yang ketinggalan"Cak Su membatin."Oh itu dia."gumamnya ketika ia melihat cangkul dan sendal jepit dekat gundukan kuburan baru itu.
Ia mengambil cangkul sembari memakai sendal jepitnya dan melangkah pulang.
"Tolong...tolong...tolong..."suara itu menghentikan langkahnya ketika ia telah hampir sampai pintu area pekuburan.
"Suara perempuan,siapa ya?".Cak Su menoleh,tapi tak ada siapa siapa.Suara itu tetap terdengar,hingga ia memutuskan kembali ke pekuburan tadi."Jangan jangan ada keluarga si mati masih di situ."pikirnya.
Tidak,tidak ada siapa siapa,ketika ia lima meteran dekat ke kubur bu Rikik.Ia merinding hebat,bingung,takut,,entahlah perasaannya.Suara itu dari kuburan bu Rikik!!!
Ia lari dengan kebingungan dan ketakutan meninggalkan area pekuburan.
Terdengar adzan mahgrib,ketika ia sampai di rumah."bu Rikik,kasihan,,,tapi nasi telah jadi bubur."batinnya sambil mengingat sosok bu Rikik semasa hidupnya.
"Hemm,sudahlah."pikirnya,ketika ia ingat saat bu Rikik sakit,keluarganya membongkar untuk membersihkan tempat tidurnya,ditemukan tumpukan uang banyak sekali,bahkan uang itu ada yang sudah tidak laku.
"Hem bu Rikik,yang kaya,yang tidak mengenal berbagi dengan orang sekitar."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih kunjungannya,dan silahkan tinggalkan pesan sebagai saran pada blog sederhana ini salam persahabatan dari cerpen dunia maya