Translate

Jumat, 22 April 2011

BU GURU (4)


"Begini pak guru,Marni boleh ikut baris tapi jangan disuruh potong rambut."jawab simbok.
"Memang kenapa to bu kalau Marni potong rambut,apa ndak boleh sama mbahnya?"canda pak guru.
"Bukan begitu pak guru,tapi Marni biar tetap cantik."
"Lho memang kalau rambutnya pendek tidak cantik to bu Tum?"
"Orang perempuan kok rambutnya pendek kayak wong lanang."gerutu simbok Tumi.
Bu Narsih dan pak Purwanto yang dari tadi mendengar jadi tersenyum.
"Bu Tum,kalau pendek biar koyo di televisi."celetuk bu Narsih.
"Alah mboten pokoknya bu guru,gak ikut baris gak papa,pokoknya jangan suruh Marni potong rambut."bu Tum ngeyel.
"Nggih sampun bu Tum,Marni gak potong rambut gak papa,tapi tetep boleh ikut baris yo bu?"pak Marto mulai mengerti.
"Inggih pak guru boleh."
Simbok Tum pamit,sementara pak Marto ingat sesuatu.
"Marni sebenarnya murid pandai,ia sejak kelas satu selalu dapat rangking pertama.Tapi tiap ada kegiatan extra semisal baris berbaris tidak pernah ikut.Alasannya kalau gak punya bajunya atau sepatu,biarlah kali ini dia ikut"pikir pak Marto.

"Hem."Senyum kecil hati bu Guru Marni akan peristiwa itu.
Secara reflek tangannya meraba rambutnya."Ah,rambutku pendek hanya sebahu,dulu panjang sampai bawah pinggang."kenangnya."Rambut Laura kini gak ada Wit."ia teringat Wito teman SMP nya itu.
Ia Marni telah memotong rambutnya sejak menikah,tapi belum jadi guru.Marni minta ijin simboknya dan diperbolehkan setelah dibuju Marni.
"Pluk!"sebuah tepukan di bahu mengejutkan bu guru Marni yang memang melamun.
"Ibu ini melamun,awas adonan kue nanti keliru kebanyakan garam."kata Wasis . (smbung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terimakasih kunjungannya,dan silahkan tinggalkan pesan sebagai saran pada blog sederhana ini salam persahabatan dari cerpen dunia maya

Barangkali kita bisa saling menginspirasi,mohon bila coppy paste sertakan link ke blog ini dan tulis pengarangnya.Terimakasih sahabat cerpen dunia maya