MATI KARENA UANG SATU TAS
Mata Mardimun berkaca kaca mengingat istrinya yang meninggal.
Ia duduk di kursi kayu bawah pohon mangga dan orang orang di dapur
membiarkannya menenangkan diri.Orang orang tahu dia masih shock.
Nanti malam hari ketujuh meninggalnya istri Mardimun,orang orang di
dapur itu membantu memasak untuk selamatan.Segala keperluan dan
persiapan ditangani kakak perempuan Mardimun,mereka maklum keadaan
Mardiun.
Seminggu yang lalu Mardimun masih bercanda dengan istrinya,bahkan
hampir saja candaan mereka jadi sebuah pertengkaran.
"Apaan sih mas,laki laki kok gak bisa cari duit."kata istri Mardimun.
"Kamu sekarang jadi mata duitan ya,tiap hari bahkan sampai tubuhku
amat capai kerja,kamu gak menghargai."jawab Mardimun yang merasa
tersinggung.
Tapi pertengkaran itu tidak berlanjuu karena Mardimun terus pergi.
Pada sore harinya sehabis Magrib Mardimun didatangi Sartukin
,tetangga yang biasanya bersama sama di mushola.
"Gimana kang Mun,jadi gak?"Sartukin menghapirinya.
"Ayo berangkat."ajak Mardimun.
Mardimun pamit istrinya yang sudah tidak marahan lagi.
Seperti yang telah disepakati Mardimun dan Sartukin pergi ke seorang
tua yang dikenal arif dan sakti dan mereka hendak meminta wejangan.
Banyak orang yang telah datang di tempat orang tua "linuwih" itu
ketika mereka sampai.
Khitmad mendengarkan wejangan wejangan dan kemudian diberi
kesempatan bertanya satu persatu.
Ada yang mengajukan pertanyaan tentang"sampurnaning" urip",tentang
hidup dan mati dan banyak lagi pertanyaan tentang kehidupan dan
dijawab dengan gamblang dan melegakan oleh orang tua itu.
Giliran tiba pada Mardimun untuk bertanya,entah apa yang
dipikirkannya ia bertanya:"Mbah apakah aku bisa kaya mendadak?"
Orang arif itu menjawab dengan mimik cemberut:"Bisa,sekarang juga
kamu segera pulang."
Mardimun pulang tanpa ingat Sartukin temannya karena sepertinya ia
menyesal dengan pertanyaannya tadi yang membuat orang arif itu seperti
kecewa.Mardimun kepikiran.
Mardimun mengayuh sepeda ontelnya agak pelan.
Di jalan raya yang sepi karena sudah malam ia melihat sesuatu di jalan.
Ia dekati benda itu,ternyata sebuah tas.Dibukanya tas yang cukup
berat setelah dibawa ke tepi jalan dekat sepedanya.Mardimun terkejut
dan juga girang.Di dalam tas itu ternyata berisi uang limapuluhan ribu
satu tas penuh dengan gebok gebok tertata rapi.
"Benar juga kata mbah tadi,aku bisa kaya mendadak."batin Mardimun.
Taspun ditaruh di boncengan sepedanya.Ia amat berbunga bunga
hatinya,tentu istrinya amat senang dan tak lagi mengomel soal uang
jika melihat apa yang dibawa.
"Tas siapa mas kok masih baru?"tanya istrinya ketika ia sampai di rumah.
"Ya tas saya,orang saya yang bawa."jawab Mardimun sedikit bercanda.
"Hem,apa sih isinya kok kelihatan berat,palu ya mas?"tanya istrinya
yang memang kebiasaan Mardimun membawa mata palu besar sebagai kuli
pecah batu.
"Lihat sendiri,ada jajannya tuh."Mardimun menggoda istrinya.
Istrinya penasaran dan dibukanya tas itu.
Matanya terbelalak melihat isi tas,tapi detik berikutnya bukan wajah
senyum manis istrinya yang disaksikan Mardimun.
Istrinya memegangi dadanya,kemudian nafasnya tersengal
sengal,kelojotan dan menegang.
Mardimun menubruknya dan memeganngnya,ia tanyai istrinya ada
apa,tapi yang ditanya tidak menjawab.
Istrinya tidak lagi berkelojotan,tapi telah diam.Dipanggil Mardimun
tidak menjawab.
Istri Mardimun meninggal karena serangan jantung menurut dokter
yang memeriksanya,setelah tetangganya datang karena teriakan minta
tolong dan disarankan segera dibawa kerumah sakit.
cerpen dunia maya itu code alias cerpen orang desa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih kunjungannya,dan silahkan tinggalkan pesan sebagai saran pada blog sederhana ini salam persahabatan dari cerpen dunia maya