pintu komplek perumahan.
"Selamat pagi mbak."Dengan membukukkan badannya jika aku berangkat
ke kantor atau:"Selamat sore mbak."Dengan gaya yang sama saat aku
pulang.
Aku memang membuka kaca mobilku bila masuk komplek perumahan,dan aku
akan menyapa orang orang perumahan ini yang aku kenal.
Aku sebenarnya tidak mau dianggap sombong dengan tidak pernah aku
jawab sapaan pemuda di pintu gerbang itu,tapi aku memang tidak
mengenalnya dan aku berfikiran mungkin pemuda iseng saja.
Hampir satu bulan pemuda itu selau di situ dan menyapaku.
Lama lama aku penasaran juga,apakah semua orang disapanya,ternyata tidak.
Sehabis mobilku melewatinya,aku melihat dari sepion ternyata
kemudian dia pergi.
"Ah,siapa dia dan apa maunya pemuda itu?"
"Kemana dia sekarang,kok tidak ada?"Sudah tiga hari dia tidak di situ.
"Hem kenapa pula aku memikirkannya,aku jadi gak ngerti."
Hari sabtu sore hujan deras mengguyur, ketika aku pulang dari kantor.
"Hem pemuda yang usianya sekitar duapuluh lima tahunan itu muncul lagi."
"Gila,ngapain tu hujan hujanan,gak takut kedingan atau masuk angin?"
Kebetulan kaca mobilku hanya kubuka sedikit,dia tampak berusaha
melihatku dan:"Selamat sore mbak."
Seperti biasa aku cuek aja kali ini.
Tapi beberapa meter mobilku melewatinya aku lihat dari sepion dia
masih menatap mobiku,tubuhnya gemetar menahan dingin,tampak giginya
gemeretak,aku jadi kasihan juga.
Kuhentikan mobil dan kumundurkan kembali.
"Bang,masuk mobil."Aku memintanya masuk mobil setelah kubuka pintu
sebelah kiri.
Dia tampak ragu ragu.
"Ayo cepetan,basah nih."suruhku.
Dia masuk dengan malu malu.
"Bang kenapa hujan hujanan,kagak takut masuk angin?"tanyaku setelah
dalam mobil.
Aku amat terkejut,aku kira dia pemuda norak tapi ternyata amat sopan
dan pemalu.
"Ah enggak kok mbak,tadi baru pulang kerja."jawabnya dengan senyum
malu dan kalem.
"Emang abang kerja di mana?"
"Saya kuli kok mbak,sedang dapat kerjaan di komplek ini."
"Abang rumahnya mana?"
"Saya indekost di kampung belakang komplek."
Aku lihat tubuhnya gemetar kedingan.Tiba tiba aku berniat mengajak
kerumah dan memberinya pakaian kering.
"Ini bang ganti bajunya."
"Ndak usah mbak,biar nanti aja di kost kostsan ganti baju."
"Ndak papa bang,itu pakaian adikku yang gak di pakai."
Dia kemudian ganti baju di kamar mandi.
"Bang,ngapain tiap pagi dan sore abang selalu di pintu gerbang?"
"Nggak papa kok mbak."
"Kok nggak papa gimana,tiap hari nyapa terus?"Desakku pingin tahu.
Wajahnya merah padam dan dia menunduk malu.
"Yang bener ada apa bang,sampai hujan hujanan lagi."Aku menggodanya
karena malunya itu.
"Maaf ya mbak,saya hanya ingin melihat embak dan menyapa saja."
"Memang kenapa bang?"
"Enggak tahu mbak."
Dia lebih banyak diam,dan kemudian pamit pulang.Tapi karena hujan
aku mengantarnya dengan mobil sampai tempat kostnya.
Sejak itu tak lagi dia berdiri dekat gerbang,entah kenapa.
"Hem kenapa,aku tiba tiba teringat dia terus."
Entahlah,sepertinya aku rindu sapaannya yang amat sopan.
Aku penasaran sekali kenapa dia.Aku iseng iseng mendatangi tempat
kostnya pada sabtu sore.
Oh dia ternyata ada,dan aku lihat dari luar jendela kamarnya ia
memainkan gitar.
Dia memakai baju yang kuberikan dulu,keren juga.
"Hem,pintar main gitar ya?"tanpa permisi aku masuk kamar kostnya.
Ia amat terkejut dengan kedatanganku.
"Ada apa mbak,kok datang kemari?"
"Ya main saja."
Dia yang sopan dan pemalu itu,entah kenapa aku ada ide mengajaknya jalan jalan.
Sejak itu aku dan di mulai akrab,meski ia tetap sopan dan pemalu dan
masih terus saja memanggilku mbak.
Itu dulu saat kami awal awal bertemu.
Sekarang dia imamku,yang memberiku kenyamanan bersamanya dan selalu
mengajariku tentang pengertian hidup dan tujuannya.Dialah ayah dari
anak anakku.
code cerpen dunia maya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih kunjungannya,dan silahkan tinggalkan pesan sebagai saran pada blog sederhana ini salam persahabatan dari cerpen dunia maya