Tiba tiba hati Iyem merasa amat rindu kepada suaminya.
Padahal baru seminggu yang lalu ia menelepon suaminya mengabarkan ia
telah mengirim uang untuk memperbaiki rumah dapur dan juga menanyakan
khabar anaknya yang kuliah.
Dua hari kemudian suaminya balik menelepon memberitahu bahwa uangnya
sudah diambil di bank tempat Iyem mentransfer.
Rasa rindu Iyem seperti air bergolak,bahkan kemudian ia ingat masa
masa pertama jumpa dengan suaminya,kemudian menikah.
Ia terkenang masa masa sulit hidup di Surabaya dari tempat kost satu
pindah ke tempat kost lainnya.Suaminya saat itu menjadi tukang batu
dan dia menjadi buruh mencuci.
Ketika Yani anak perempuan semata wayangnya mulai masuk sekolah SMP
mereka memutuskan pulang kampung di rumah orangtua Iyem.
Kemudian Iyem meminta ijin suaminya menjadi TKW ke Taiwan.
Dan hampir enam tahun kini ia di negeri orang,dan ini bulan terakhir
kontrak kerja di negeri itu,bulan depan ia pulang.
Ia mengenang semua itu menjadikannya amat rindu pada suaminya dan
secercah kegembiraan bahwa bulan depan ia pulang.
Tapi kerinduan yang amat mendalam ini agak terganggu dengan mimpinya
semalam.Iyem mimpi gigi depannya tanggal dan ia mempercayai mitos bila
mimpi demikian ada saudaranya meninggal.
"Ya sudahlah,nanti toh akan dikabari suaminya lewat telepon jika ada
keluarga meninggal."batinnya menenangkan hatinya.
Kembali Iyem teringat suaminya."Iyem rindu mas Yon."katanya dalam hati.
Hati Iyem yang jadi melankolis tiba tiba merasa kasihan pada suaminya.
Lelaki pendiam dan suka mengalah padanya."Tentu engkau merasa sepi
mas Yon tanpaku,maaf ya mas."Gumam batinnya.
Kemudian ia berjanji,bila sebulan lagi telah bersama ia akan membuat
hati suaminya senang,akan ditumpahkan rindunya dan rindu suaminnya.
Tiba tiba hanphone di saku celana Iyem bergetar,mebuatnya tersentak
dari lamunan.
"Halo,mas ada apa?"sapa Iyem dengan lembut dan mesra pada penelepon
di seberang yang ternyata nomer suaminya.
"Aku kok mbak."jawab suara di seberang yang Iyem kenal adalah adik
perempuannya Darmi.Iyem jadi malu.
"Ada apa dik,dan mas Yon kemana?"
Yang di seberang tidak menjawab,malah bertanya:"Mbak Yem sehat sehat mbak?"
"E ditanya malah nanya,mas Yon keluar to dik Dar?"
Pertanyaan Iyem tidak dijawab,tapi suara Darmi terdengar isak isakan.
"Lho dik Dar ada apa kok menangis"
"Mbak Yem,mbak mas.."suara itu tidak diteruskan.
"Kenapa mas Yon dik,apa sakit?Tolong suruh ke dokter ya dik Dar."
"Mas Yon,mas Yon meninggal mbak."suara di seberang terbata bata.
"Apa dik?"tanya Iyem seperti ia tidak jelas mendengar.
"Mas Yon..,mas Yon mening...gal mbak."
Suara di seberang terbata bata karena isak tangis dan seperti tidak
jelas,seperti pandangan mata Iyem yang semakin meremang dan gelap.Iyem
pingsan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terimakasih kunjungannya,dan silahkan tinggalkan pesan sebagai saran pada blog sederhana ini salam persahabatan dari cerpen dunia maya